Minggu, 24 Mei 2015

Tugas HTML Individual

Denis Stoff


Denis Stoff

Denis Alexandrovich Shaforostov, atau bisa juga dikenal sebagai Denis Stoff. Musisi asal Ukraina yang lahir pada tanggal 4 Mei 1992. Membentuk band "Make Me Famous" dan "Down & Dirty". Saat ini Denis menjadi vokalis untuk band "Asking Alexandria".

Pada tanggal 22 Januari 2015, Danny Worsnop mengumumkan untuk fokus pada band barunya yaitu "We Are Harlot", tanggal 26 Mei 2015, Stoff secara resmi diumumkan sebagai vokalis baru saat mereka merilis single pertama mereka bersama-sama berjudul "I Will not Give In" pada 27 Mei. Ben menyatakan bahwa Denis patut berada di dalam peran tersebut dan Ben menganggap bahwa Denis lebih baik bahkan ia pun terinspirasi oleh Worsnop pada tahap awal karir Alexandria. Denis juga dianggap dapat melakukan lebih daripada Worsnop, namun ketika Denis ditanya tentang perbandingan dirinya dengan Worsnop, Denis tidak akan membuat perbandingan apapun karena dia adalah orang yang benar-benar berbeda.


Denis Stoff's Vocal Cover


Asking Alexandria - Killing You



Down & Dirty - Move It



Asking Alexandria New Formation (2015)

Denis Stoff Lead Vocals
Ben Bruce Lead Guitar
Cameron Liddell Rhythm Guitar
Sam Bettley Bass Guitar
James Cassells Drums

Sumber:

Stick Fight photo stick_wars.gif

Jumat, 01 Mei 2015

Utang Luar Negeri

Materi 14
Neraca  Pembayaran, Arus Modal Asing, dan Utang Luar Negeri

 
         14.3 Utang Luar Negeri

Sebulan tahun 2015 berjalan, utang luar negeri (ULN) Indonesia sudah bertumpuk. Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia selama Januari mencapai 298,6 miliar dollar AS. Porsi ini naik 2,05 persen dibandingkan utang luar negeri di Desember 2014 sebesar 292,6 miliar dollar AS. Secara tahunan atau year on year (YoY), utang luar negeri Indonesia tumbuh 10,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2014.
Utang swasta menyumbang porsi terbesar dari total ULN Indonesia di Januari 2015 dengan nilai 162,9 miliar dollar AS atau 54,6 persen. Dari data BI, penyumbang terbesar utang swasta pada Januari 2015 berturut-turut berasal dari sektor keuangan sebesar 47,2 miliar dollar AS, industri pengolahan (32,2 miliar dollar AS), pertambangan (26,4 miliar), serta listrik, gas, dan air bersih sebesar 19,2 miliar dollar AS.
Secara tahunan, porsi ULN swasta di setiap sektor mengalami pertumbuhan. Utang swasta di sektor keuangan tumbuh 24,9 persen YoY, industri pengolahan (8,5 persen), dan sektor pertambangan 0,2 persen. Namun pertumbuhan utang ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2014 dengan porsi masing-masing sebesar 26,9 persen YoY, 10,0 persen YoY, dan 0,3 persen YoY.
Hanya utang sektor listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya melejit, yakni 12,2 persen secara YoY pada Januari 2015. Di Desember 2014, utang di sektor ini hanya tumbuh sebesar 8,9 persen YoY. Dilihat secara bulanan, pertumbuhan utang swasta pada Januari 2015 terlihat melambat. Pada Januari, pertumbuhan ULN swasta 13,6 persen. "Pada Desember 2014, pertumbuhan ULN swasta mencapai 14,2 persen," ujar Tirta Segara, juru bicara BI, Rabu (18/3/2015).
Meski utang swasta tetap tumbuh, BI menilai, perkembangan ULN masih cukup sehat. Cuma, BI tetap waspada mengantisipasi risiko utang terhadap perekonomian nasional ke depannya. BI berjanji akan tetap memantau perkembangan ULN swasta tidak menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makro ekonomi. Sayang Tirta tidak mau menjelaskan berapa banyak ULN swasta yang telah melakukan lindung nilai atau hedging.

Sumber:




 

Arus Modal Masuk


Materi 14
Neraca  Pembayaran, Arus Modal Asing, dan Utang Luar Negeri

14.2 Arus Modal Masuk
Neraca modal yang menggambarkan arus keluar masuk devisa yang bukan merupakan pembayaran atas barang atau jasa. Arus devisa yang di catat di neraca modal ialah devisa dalam arti arus modal masuk, baik berupa dana investasi maupun pinjaman atau utang luar negeri. Investasi dan pinjaman dari luar negeri merupakan arus masuk. Sedangkan investasi kita ke luar negeri dan pinjaman yang kita berikan kepada pihak luar negeri dicatat dalam arus keluar.
Sebagian besar pinjaman luar negeri yang diperoleh pemerintah berasal dari sebuah konsorsium bernama Consultative Group for Indonesia (CGI) yang sebelumnya bernama Inter Group on Indonesia (IGGI). Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga akhir tahun ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25 miliar. Manfaat tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau right issue. kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai macam seri dan jangka waktu.

Sumber:

Neraca Pembayaran

Materi 14
Neraca  Pembayaran, Arus Modal Asing, dan Utang Luar Negeri

14.1 Neraca Pembayaran
        Neraca pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang mengikhtisarkan seluruh transaksi ekonomi antara penduduk (resident) suatu negara, dengan penduduk negara lain selama masa tertentu (1 tahun). Dan untuk menyusun neraca pembayaran LN atau pembayaran internasional, perlu dibedakan antara transaksi debit dengan transaksi kredit.
1. transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
2. transaksi kredit adlah transaksi yang menimbulkan bertambahnya hak bagi  penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk menerima pembayaran bagi negara lain.

Sumber:

Tingkat Daya Saing



Materi 13
Perdagangan Luar Negeri

13.3 Tingkat Daya Saing


Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional. Berdasarkan badan pemeringkat daya saing dunia, IMDWorld Competitiveness Yearbook 2006, posisi daya saing Indonesia dalam beberapa tahun semakin menurun. IMDWorld Competitiveness Yearbook (WCY) adalah sebuah laporan mengenai daya saing negara yang dipublikasikan sejak tahun 1989. Pada tahun 2000, posisi daya saing Indonesia menduduki peringkat 43 dari 49 negara. Tahun 2001 posisi daya saing Indonesia semakin menurun, yaitu menduduki peringkat 46. Selanjutnya, tahun 2002 posisi daya saingnya masih menduduki posisi bawah, yaitu peringkat 47. Lalu, tahun 2003, posisi daya saingnya malah makin terpuruk, yaitu menduduki peringkat 57. Tahun 2004 menduduki peringkat 58. Tahun 2005 Indonesia menduduki posisi 58. Tahun 2006 Indonesia telah menduduki posisi 60.
 

Tabel I.1 Posisi Daya Saing Indonesia



Negara
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
USA
Singapura
Malaysia
26 
28 
24 
21 
16 
28 
23
Korea
29 
29 
29 
37 
35 
29 
38
Jepang
21 
23 
27 
25 
23 
21 
17
Cina
24 
26 
28 
29 
24 
31 
19
Thailand
31 
34 
31 
30 
29 
27 
32
Indonesia
43 
46 
47 
57 
58 
59 
60


                                           Sumber: IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) 


     Faktor dalam menentukan daya saing menurut IMD World Competitiveness Yearbook terbagi menjadi 4 kategori yaitu, kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, infrastruktur. Setiap kategori memiliki beberapa kriteria. IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) memeringkat dan menganalisis kemampuan suatu negara dalam menciptakan dan menjaga lingkungan di mana perusahaan dapat bersaing. Persaingan akan membawa suatu negara lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain.


Sumber:
http://www.academia.edu/8732972/TEORI-TEORI_PERDAGANGAN_INTERNASIONAL
http://kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1


 

Perkembangan Ekspor Indonesia

Materi 13
Perdagangan Luar Negeri

13.2 Perkembangan Ekspor Indonesia

  


(Dalam US$)
Sektor
2007
2008
2009
2010
2011
Peran
Th. 2011 (%)
I. MIGAS
22.088.567.876
29.126.274.355
19.018.296.911
28.039.599.534
41.477.035.636
20,38%
    1. Minyak Mentah
9.226.036.450
12.418.743.646
7.820.256.578
10.402.867.668
13.828.677.857
6,80%
    2. Hasil Minyak
2.878.751.078
3.547.001.209
2.262.327.715
3.967.277.194
4.776.854.837
2,35%
    3. Gas
9.983.780.348
13.160.529.500
8.935.712.618
13.669.454.672
22.871.502.942
11,24%
II. NON MIGAS
92.012.322.875
107.894.150.047
97.491.729.170
129.739.503.936
162.019.584.424
79,62%
    1. Pertanian
3.657.784.654
4.584.576.851
4.352.754.318
5.001.899.002
5.165.793.669
2,54%
    2. Industri
76.460.827.880
88.393.495.928
73.435.840.877
98.015.076.416
122.188.727.150
60,04%
    3. Tambang
11.884.904.619
14.906.165.178
19.692.338.644
26.712.581.107
34.652.027.382
17,03%
    4. Lainnya
8.805.722
9.912.090
10.795.331
9.947.411
13.036.223
0,01%
TOTAL
114.100.890.751
137.020.424.402
116.510.026.081
157.779.103.470
203.496.620.060
100,00%



Dari tabel di atas, perkembangan ekspor di Indonesia selalu mengalami kenaikan persentase dari tahun ke tahun, dan kontribusi besar ekspor di Indonesia yaitu dari sektor non migas.


Sumber:
http://kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1