Materi 14
Neraca Pembayaran, Arus Modal
Asing, dan Utang Luar Negeri
14.3 Utang Luar Negeri
Sebulan tahun 2015 berjalan,
utang luar negeri (ULN) Indonesia sudah bertumpuk. Bank Indonesia (BI)
mencatat, utang luar negeri Indonesia selama Januari mencapai 298,6 miliar
dollar AS. Porsi ini naik 2,05 persen dibandingkan utang luar negeri di
Desember 2014 sebesar 292,6 miliar dollar AS. Secara tahunan atau year
on year (YoY), utang luar negeri Indonesia tumbuh 10,1 persen
dibandingkan periode yang sama di 2014.
Utang swasta menyumbang porsi
terbesar dari total ULN Indonesia di Januari 2015 dengan nilai 162,9 miliar
dollar AS atau 54,6 persen. Dari data BI, penyumbang terbesar utang swasta pada
Januari 2015 berturut-turut berasal dari sektor keuangan sebesar 47,2 miliar
dollar AS, industri pengolahan (32,2 miliar dollar AS), pertambangan (26,4
miliar), serta listrik, gas, dan air bersih sebesar 19,2 miliar dollar AS.
Secara tahunan, porsi ULN
swasta di setiap sektor mengalami pertumbuhan. Utang swasta di sektor keuangan
tumbuh 24,9 persen YoY, industri pengolahan (8,5 persen), dan sektor
pertambangan 0,2 persen. Namun pertumbuhan utang ini lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan pada Desember 2014 dengan porsi masing-masing sebesar 26,9 persen
YoY, 10,0 persen YoY, dan 0,3 persen YoY.
Hanya utang sektor listrik, gas
dan air bersih yang pertumbuhannya melejit, yakni 12,2 persen secara YoY
pada Januari 2015. Di Desember 2014, utang di sektor ini hanya tumbuh sebesar
8,9 persen YoY. Dilihat secara bulanan, pertumbuhan utang swasta pada
Januari 2015 terlihat melambat. Pada Januari, pertumbuhan ULN swasta 13,6
persen. "Pada Desember 2014, pertumbuhan ULN swasta mencapai 14,2
persen," ujar Tirta Segara, juru bicara BI, Rabu (18/3/2015).
Meski utang swasta tetap
tumbuh, BI menilai, perkembangan ULN masih cukup sehat. Cuma, BI tetap waspada
mengantisipasi risiko utang terhadap perekonomian nasional ke depannya. BI
berjanji akan tetap memantau perkembangan ULN swasta tidak menimbulkan risiko
yang dapat memengaruhi stabilitas makro ekonomi. Sayang Tirta tidak mau
menjelaskan berapa banyak ULN swasta yang telah melakukan lindung nilai atau
hedging.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar