Jumat, 01 Mei 2015

Utang Luar Negeri

Materi 14
Neraca  Pembayaran, Arus Modal Asing, dan Utang Luar Negeri

 
         14.3 Utang Luar Negeri

Sebulan tahun 2015 berjalan, utang luar negeri (ULN) Indonesia sudah bertumpuk. Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri Indonesia selama Januari mencapai 298,6 miliar dollar AS. Porsi ini naik 2,05 persen dibandingkan utang luar negeri di Desember 2014 sebesar 292,6 miliar dollar AS. Secara tahunan atau year on year (YoY), utang luar negeri Indonesia tumbuh 10,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2014.
Utang swasta menyumbang porsi terbesar dari total ULN Indonesia di Januari 2015 dengan nilai 162,9 miliar dollar AS atau 54,6 persen. Dari data BI, penyumbang terbesar utang swasta pada Januari 2015 berturut-turut berasal dari sektor keuangan sebesar 47,2 miliar dollar AS, industri pengolahan (32,2 miliar dollar AS), pertambangan (26,4 miliar), serta listrik, gas, dan air bersih sebesar 19,2 miliar dollar AS.
Secara tahunan, porsi ULN swasta di setiap sektor mengalami pertumbuhan. Utang swasta di sektor keuangan tumbuh 24,9 persen YoY, industri pengolahan (8,5 persen), dan sektor pertambangan 0,2 persen. Namun pertumbuhan utang ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2014 dengan porsi masing-masing sebesar 26,9 persen YoY, 10,0 persen YoY, dan 0,3 persen YoY.
Hanya utang sektor listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya melejit, yakni 12,2 persen secara YoY pada Januari 2015. Di Desember 2014, utang di sektor ini hanya tumbuh sebesar 8,9 persen YoY. Dilihat secara bulanan, pertumbuhan utang swasta pada Januari 2015 terlihat melambat. Pada Januari, pertumbuhan ULN swasta 13,6 persen. "Pada Desember 2014, pertumbuhan ULN swasta mencapai 14,2 persen," ujar Tirta Segara, juru bicara BI, Rabu (18/3/2015).
Meski utang swasta tetap tumbuh, BI menilai, perkembangan ULN masih cukup sehat. Cuma, BI tetap waspada mengantisipasi risiko utang terhadap perekonomian nasional ke depannya. BI berjanji akan tetap memantau perkembangan ULN swasta tidak menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makro ekonomi. Sayang Tirta tidak mau menjelaskan berapa banyak ULN swasta yang telah melakukan lindung nilai atau hedging.

Sumber:




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar