Salah satu bagian dari Perhimpunan Vincentius Jakarta
Jumpa lagi di kediaman "Savkatzas" ... Akhirnya, Penulis dapat mengerjakan mandat dari Sang Dosen setelah UTS berakhir. Oke langsung saja ke pokok pembahasan ...
Topik kali ini mengenai "Organisasi Non-Profit". Tanpa memerlukan waktu lama, muncullah ide tentang sebuah Yayasan Sosial yang bernama "Perhimpunan Vincentius Jakarta".
Perhimpunan Vincentius Jakarta mempunyai kegiatan sosial seperti Panti Asuhan, mereka juga membangun sekolah seperti TK, SD, SMP, dan SMK.
Perhimpunan Vincentius Jakarta mempunyai kegiatan sosial seperti Panti Asuhan, mereka juga membangun sekolah seperti TK, SD, SMP, dan SMK.
Sejarah Yayasan ini bermula saat seseorang yang bernama "Vincent", pada tahun 1910 membeli sebidang tanah di Jl. Kramat Raya 134 untuk membangun tempat penampungan anak-anak. Diikuti lima tahun kemudian membuat bangunan lebih modern dirancang dan dibangun oleh perusahaan. Pada tahun 1920-an dan 1930-an-jumlah anak terus meningkat. Selain mencari dana yang memadai, sangat sulit untuk mendapatkan dan membayar karyawan yang pandai mendidik dan mengawasi anak-anak. Pada awalnya mengundang mantan tentara yang telah pensiun. Kemudian, mulai digantikan oleh para sukarelawan yang datang.
Selama periode 1942-1943 (masa penjajahan Jepang) para sukarelawan ditahan di kamp-kamp milik jepang, sementara rumah-rumah panti asuhan digunakan sebagai markas oleh tentara Jepang sementara beberapa anak asuh ditampung di Jl. Nusantara, Jl. Pos dan panti asuhan Prapatan di Jl. Veteran. Rumah Vincent digunakan oleh Romusha.
Selama perang, Serikat Batavia mendukung ketabahan para sukarelawan dalam menghadapi tentara Jepang dan kelihaian para sukarelawan yang mengumpulkan sedekah dan mendapatkan bantuan sukarelawan lainnya yang berdedikasi dan memikirkan untuk 204 anak laki-laki dan 193 perempuan yang ada pada saat itu.
Jumlah anak-anak bertambah menjadi 224 anak-anak. Rehabilitasi Gedung dimulai, namun banyak masalah yang dihadapi seperti bahan bangunan harus diperbaiki, dana untuk makanan, pakaian dan kesehatan anak-anak (banyak anak mengidap TBC).
Sampai akhir pemerintahan kolonial, panti asuhan mayoritas anak-anak Indo. Kemudian, sesuai tujuan para pendiri yayasan Vincentius pada pertengahan abad ke-19. Kebijakan tersebut diubah pada 26 Februari 1946, anak-anak dari semua kelompok etnis akan dibantu dan diterima.
Perhimpunan Vincentius Jakarta memiliki visi dan misi, yaitu:
Visi :
-Membangun manusia yang independen dari keyakinan agama, moralitas yang tinggi, perilaku mulia dan pendidikan yang baik, selain meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Misi :Jumlah anak-anak bertambah menjadi 224 anak-anak. Rehabilitasi Gedung dimulai, namun banyak masalah yang dihadapi seperti bahan bangunan harus diperbaiki, dana untuk makanan, pakaian dan kesehatan anak-anak (banyak anak mengidap TBC).
Sampai akhir pemerintahan kolonial, panti asuhan mayoritas anak-anak Indo. Kemudian, sesuai tujuan para pendiri yayasan Vincentius pada pertengahan abad ke-19. Kebijakan tersebut diubah pada 26 Februari 1946, anak-anak dari semua kelompok etnis akan dibantu dan diterima.
Perhimpunan Vincentius Jakarta memiliki visi dan misi, yaitu:
Visi :
-Membangun manusia yang independen dari keyakinan agama, moralitas yang tinggi, perilaku mulia dan pendidikan yang baik, selain meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
-Melaksanakan salah satu di antara karya-karya sosial, yaitu keperawatan, mengajar dan mendidik piatu, yatim atau piatu, dan anak-anak tunawisma.
-Melakukan kegiatan sosial hukum sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan dari Yayasan dan peraturan yang berlaku hukum.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar